Halaman

Kamis, 15 Desember 2011

Model Pembelajaran(Project Based Learning)

PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

Sebagai sebuah model pembelajaran, menurut Thomas (2000) dalam Wena (2009:145), pembelajaran berbasis proyek memiliki berbagai prinsip, yaitu:

a) Prinsip sentralistis (centrality)
  Prinsip ini menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karena itu, kerja proyek. Oleh karena itu, kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari, melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran akan dapat dilaksanakan secara optimal. Dalam pembelajaran berbasis proyek, proyek adalah strategi pembelajaran; siswa mengalami dan belajar konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek.

     b) Prinsip pertanyaan pendorong/ penuntun (driving question)
          Kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau permasalahan” yang dapat mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang tertentu. Kaitan antara pengetahuan konseptual dengan aktivitas nyata dapat ditemui melalui pengajuan pertanyaan (Blumenfeld, dkk., 1991) ataupun dengan cara memberikan masalah dalam bentuk definisi yang lemah (Stepien & Gallagher, 1993). Jadi dalam hal ini kerja sebagai external motivation yang mampu menggugah siswa (internal motivation) untuk menumbuhkan kemandiriannya dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran (Clegg, 2001).


c) Prinsip investigasi konstruktif (contructive investigation)
 Merupakan proses yang mengarah pada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Dalam investigasi memuat proses perancangan, pembuatan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, discovery, dan pembentukan model. Di samping itu, dalam kegiatan pembelajaran berbasis proyek ini harus tercakup proses transformasi dan konstruksi pengetahuan (Bereiter & Scardamalia, 1999). Jika kegiatan utama dalam kerja proyek tidak menimbulkan masalah bagi siswa, atau permasalahan itu dapat dipecahkan oleh siswa memalui pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, maka kerja proyek itu sekadar “latihan”, bukan proyek dalam konteks pembelajaran berbasis proyek (Suhartadi, 2001). Oleh karena itu, penentuan jenis proyek haruslah dapat mendorong siswa untuk mengonstruksi pengetahuan sendiri untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya. Dalam hal ini guru harus mampu merancang suatu kerja proyek yang mampu menumbuhkan rasa ingin meneliti, rasa untuk berusaha memecahkan masalah, dan rasa ingin tahu yang tinggi.
                    
     d) Prinsip otonomi (autonomy)
Dalam Pembelajaran Berbasis Proyek dapat diartikan sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervisi, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, lembar kerja siswa, petunjuk kerja praktikum, dan yang sejenisnya bukan merupakan aplikasi dari prinsip pembelajaran berbasis proyek (Suhartadi, 2001). Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong tumbuhnya kemandirian siswa.
      
     e) Prinsip realistis (realism)
Proyek merupakan sesuatu yang nyata, bukan seperti di sekolah (Suhartadi, 2001). Pembelajaran Berbasis Proyek harus dapat memberikan perasaan realistis kepada siswa, termasuk dalam memilih topik, tugas dan peran konteks kerja, kolaborasi kerja, produk, pelanggan, maupun standar produknya
      
                   Gordon (1998) membedakan antara tantangan akademis, tantangan yang dibuat-buat, dan tantangan nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek mengandung tantangan yang berfokus pada permasalahan yang autentik (bukan simulasi), bukan yang dibuat-buat, dan solusinya dapat diimplementasikan di lapangan. Untuk itu, guru harus mampu merancang proses pembelajaran yang nyata, dan hal ini bisa dilakukan dengan mengajak siswa belajar pada dunia kerja yang sesungguhnya (Dryden & Vos, 2001). Jadi, guru harus mampu menggunakan dunia nyata sebagai sumber belajar bagi siswa. Kegiatan ini akan dapat meningkatkan motivasi, krativitas, sekaligus kemandirian siswa dalam pembelajaran.

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PBL)

Menurut Purnawan (2007) PBL dapat diterapkan untuk semua bidang studi. Implementasi model PBL mengikuti lima langkah utama, sebagai berikut :
.
(1)     Menetapkan tema proyek.
 Tema proyek hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut: (a) memuat gagasan umum dan orisinil, (b) penting dan menarik, (c)
mendeskripsikan masalah kompleks, (d) mencerminkan hubungan berbagai
gagasan, (e) mengutamakan pemecahan masalah ill defined.

(2)     Menetapkan konteks belajar.
Konteks belajar hendaknya memenuhi indikatorindikator berikut: (a) Pertanyaan-pertanyaan proyek mempersoalkan masalah dunia nyata, (b) mengutamakan otonomi siswa, (c) Melakukan inquiry dalam konteks masyarakat, (d) Siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efesien, (e) Siswa belajar penuh dengan kontrol diri, (f) Mensimulasikan kerja secara professional.

(3)     Merencanakan aktivitas-aktivitas.
Pengalaman belajar terkait dengan merencanakan proyek adalah sebagai berikut: (a) membaca, (b) meneliti, (3) observasi, (4) wawncara (5) merekam, (5) mengunjungi obyek yang berkaitan dengan proyek, (6)akses internet.

(4)     Memproses aktivitas-aktivitas.
Indikator-indikator memeroses aktivitas meliputi
antara lain: (a) membuat sketsa, (b) melukiskan analisa, (3) menghitung , (d)
men-generate, (e) mengembangkan prototipe.

(5)     Penerapan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek.
Langkah-langkha yang dilakukan, adalah: (a) mencoba mengerjakan proyek berdasarkan sketsa, (b) menguji langkah-langkah yang telah dikerjakan dan hasil yang diperoleh, (c) mengevaluasi hasil yang telah diperoleh, (4) merevisi hasil yang telah diperoleh, (d) melakukan daur ulang proyek yang lain, (e) mengklasifikasi hasil terbaik.





PERAN GURU DAN SISWA PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

PERANAN GURU
Menurut Waras Khamdi, selama berlangsungnya proses pembelajaran berbasiskan proyek pelajar akan mendapat bimbingan dari narasumber atau fasilitator, secara rinci peran fasilitator adalah sebagai berikut:
a.       Mengajar kelompok dan menciptakan suasana yang nyaman.
b.       Memastikan bahwa sebelum mulai setiap kelompok telah memiliki seorang anggota yang bertugas membaca materi, sementara teman-temannya mendengarkan, dan seorang anggota yang bertugas mencatat informasi yang penting sepanjang jalannya diskusi.
c.        Memberikan materi atau informasi pada saat yang tepat, sesuai dengan perkembangan kelompok.
d.      Memastikan bahwa setiap sesi diskusi kelompok diakhiri dengan selfevaluation
e.       Menjaga agar kelompok terus memusatkan perhatian pada pencapaian tujuan.
f.       Memonitor jalannya diskusi dan membuat catatan tentang berbagai masalah yang muncul dalam proses belajar, serta mengajar agar proses belajar terus berlangsung, agar tidak ada tahapan dalam proses belajar yang dilewati atau diabaikan dan agar tiap tahapan dilakukan dalam urutan yang tepat.
g.       Menjaga motivasi pelajar dengan mempertahankan unsur tantangan dalam penyelesaian tugas dan juga mempertahankan untuk mendorong pelajaran keluar dari kesulitannya.
h.      Membimbing proses belajar pelajar dengan mengajukan pertanyaan yang tepat pada saat yang tepat, yang lebih mendalam tentang berbagai konsep,ide, penjelasan, sudut pandang dan lain- lain.
i.        Mengevaluasi kegiatan belajar pelajar, termasuk partisipasinya dalam proses kelompok, pengajar perlu memastikan bahwa setiap pelajar terlibat dalam proses kelompok dan berbagai pemikiran dan pandangan.
j.         Mengevaluasi penerapan pembelajaran berbasis proyek yang telah dilakukan

PERANAN SISWA
a.       Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir
b.      Melakukan riset sederhana
c.       Mempelajari ide dan konsep baru
d.      Belajar mengatur waktu dengan baik
e.       Melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok
f.       Mengaplikasikanhasil belajar lewat tindakan
g.      elakukan interaksi sosial (wawancara,survey,observasi,dll)
h.      Kegiatan lebih banyak pada kerja kelompok

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

KELEBIHAN
           Moursund, Bielefeldt, & Underwood (1997) meneliti sejumlah artikel tentang proyek di kelas yang dapat dipertimbangkan sebagai bahan testimonial terhadap guru, terutama bagaimana guru menggunakan proyek dan persepsi mereka tentang bagaimana keberhasilannya. Kelebihan dari Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebagai berikut:
1.    Meningkatkan motivasi. Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa siswa suka tekun sampai kelewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga melaporkan pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen kurikulum yang lain.
2.    Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
3.    Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi ( Johnson & Johnson, 1989). Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978; Davidov, 1995).
4.    Meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Bagian dari menjadi siswa yang independen adalah bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks. Pembelajaran Berbais Proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
KELEMAHAN
 Adapun kelemahan dari pembelajaran berbasiskan proyek ini antara lain:
1.    Kebanyakan permasalahan “dunia nyata” yang tidak terpisahkan dengan masalah kedisiplinan, untuk itu disarankan mengajarkan dengan cara melatih dan memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah.
2.    Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan masalah.
3.    Membutuhkan biaya yang cukup banyak
4.    Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana instruktur memegang peran utama di kelas.
5.    Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

Cara Mengatasi Kelemahan
Untuk mengatasi kelemahan dari Pembelajaran Berbasis Proyek tersebut di atas,  seorang pendidik harus dapat mengatasi dengan cara:
1.    Memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah,
2.    membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek,
3.    meminimalisir dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat lingkungan sekitar,
4.    memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya,
5.    menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran.