Halaman

Kamis, 15 Desember 2011

Model Pembelajaran(Project Based Learning)

PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

Sebagai sebuah model pembelajaran, menurut Thomas (2000) dalam Wena (2009:145), pembelajaran berbasis proyek memiliki berbagai prinsip, yaitu:

a) Prinsip sentralistis (centrality)
  Prinsip ini menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karena itu, kerja proyek. Oleh karena itu, kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari, melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran akan dapat dilaksanakan secara optimal. Dalam pembelajaran berbasis proyek, proyek adalah strategi pembelajaran; siswa mengalami dan belajar konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek.

     b) Prinsip pertanyaan pendorong/ penuntun (driving question)
          Kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau permasalahan” yang dapat mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang tertentu. Kaitan antara pengetahuan konseptual dengan aktivitas nyata dapat ditemui melalui pengajuan pertanyaan (Blumenfeld, dkk., 1991) ataupun dengan cara memberikan masalah dalam bentuk definisi yang lemah (Stepien & Gallagher, 1993). Jadi dalam hal ini kerja sebagai external motivation yang mampu menggugah siswa (internal motivation) untuk menumbuhkan kemandiriannya dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran (Clegg, 2001).


c) Prinsip investigasi konstruktif (contructive investigation)
 Merupakan proses yang mengarah pada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Dalam investigasi memuat proses perancangan, pembuatan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, discovery, dan pembentukan model. Di samping itu, dalam kegiatan pembelajaran berbasis proyek ini harus tercakup proses transformasi dan konstruksi pengetahuan (Bereiter & Scardamalia, 1999). Jika kegiatan utama dalam kerja proyek tidak menimbulkan masalah bagi siswa, atau permasalahan itu dapat dipecahkan oleh siswa memalui pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, maka kerja proyek itu sekadar “latihan”, bukan proyek dalam konteks pembelajaran berbasis proyek (Suhartadi, 2001). Oleh karena itu, penentuan jenis proyek haruslah dapat mendorong siswa untuk mengonstruksi pengetahuan sendiri untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya. Dalam hal ini guru harus mampu merancang suatu kerja proyek yang mampu menumbuhkan rasa ingin meneliti, rasa untuk berusaha memecahkan masalah, dan rasa ingin tahu yang tinggi.
                    
     d) Prinsip otonomi (autonomy)
Dalam Pembelajaran Berbasis Proyek dapat diartikan sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervisi, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, lembar kerja siswa, petunjuk kerja praktikum, dan yang sejenisnya bukan merupakan aplikasi dari prinsip pembelajaran berbasis proyek (Suhartadi, 2001). Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong tumbuhnya kemandirian siswa.
      
     e) Prinsip realistis (realism)
Proyek merupakan sesuatu yang nyata, bukan seperti di sekolah (Suhartadi, 2001). Pembelajaran Berbasis Proyek harus dapat memberikan perasaan realistis kepada siswa, termasuk dalam memilih topik, tugas dan peran konteks kerja, kolaborasi kerja, produk, pelanggan, maupun standar produknya
      
                   Gordon (1998) membedakan antara tantangan akademis, tantangan yang dibuat-buat, dan tantangan nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek mengandung tantangan yang berfokus pada permasalahan yang autentik (bukan simulasi), bukan yang dibuat-buat, dan solusinya dapat diimplementasikan di lapangan. Untuk itu, guru harus mampu merancang proses pembelajaran yang nyata, dan hal ini bisa dilakukan dengan mengajak siswa belajar pada dunia kerja yang sesungguhnya (Dryden & Vos, 2001). Jadi, guru harus mampu menggunakan dunia nyata sebagai sumber belajar bagi siswa. Kegiatan ini akan dapat meningkatkan motivasi, krativitas, sekaligus kemandirian siswa dalam pembelajaran.

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PBL)

Menurut Purnawan (2007) PBL dapat diterapkan untuk semua bidang studi. Implementasi model PBL mengikuti lima langkah utama, sebagai berikut :
.
(1)     Menetapkan tema proyek.
 Tema proyek hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut: (a) memuat gagasan umum dan orisinil, (b) penting dan menarik, (c)
mendeskripsikan masalah kompleks, (d) mencerminkan hubungan berbagai
gagasan, (e) mengutamakan pemecahan masalah ill defined.

(2)     Menetapkan konteks belajar.
Konteks belajar hendaknya memenuhi indikatorindikator berikut: (a) Pertanyaan-pertanyaan proyek mempersoalkan masalah dunia nyata, (b) mengutamakan otonomi siswa, (c) Melakukan inquiry dalam konteks masyarakat, (d) Siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efesien, (e) Siswa belajar penuh dengan kontrol diri, (f) Mensimulasikan kerja secara professional.

(3)     Merencanakan aktivitas-aktivitas.
Pengalaman belajar terkait dengan merencanakan proyek adalah sebagai berikut: (a) membaca, (b) meneliti, (3) observasi, (4) wawncara (5) merekam, (5) mengunjungi obyek yang berkaitan dengan proyek, (6)akses internet.

(4)     Memproses aktivitas-aktivitas.
Indikator-indikator memeroses aktivitas meliputi
antara lain: (a) membuat sketsa, (b) melukiskan analisa, (3) menghitung , (d)
men-generate, (e) mengembangkan prototipe.

(5)     Penerapan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek.
Langkah-langkha yang dilakukan, adalah: (a) mencoba mengerjakan proyek berdasarkan sketsa, (b) menguji langkah-langkah yang telah dikerjakan dan hasil yang diperoleh, (c) mengevaluasi hasil yang telah diperoleh, (4) merevisi hasil yang telah diperoleh, (d) melakukan daur ulang proyek yang lain, (e) mengklasifikasi hasil terbaik.





PERAN GURU DAN SISWA PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

PERANAN GURU
Menurut Waras Khamdi, selama berlangsungnya proses pembelajaran berbasiskan proyek pelajar akan mendapat bimbingan dari narasumber atau fasilitator, secara rinci peran fasilitator adalah sebagai berikut:
a.       Mengajar kelompok dan menciptakan suasana yang nyaman.
b.       Memastikan bahwa sebelum mulai setiap kelompok telah memiliki seorang anggota yang bertugas membaca materi, sementara teman-temannya mendengarkan, dan seorang anggota yang bertugas mencatat informasi yang penting sepanjang jalannya diskusi.
c.        Memberikan materi atau informasi pada saat yang tepat, sesuai dengan perkembangan kelompok.
d.      Memastikan bahwa setiap sesi diskusi kelompok diakhiri dengan selfevaluation
e.       Menjaga agar kelompok terus memusatkan perhatian pada pencapaian tujuan.
f.       Memonitor jalannya diskusi dan membuat catatan tentang berbagai masalah yang muncul dalam proses belajar, serta mengajar agar proses belajar terus berlangsung, agar tidak ada tahapan dalam proses belajar yang dilewati atau diabaikan dan agar tiap tahapan dilakukan dalam urutan yang tepat.
g.       Menjaga motivasi pelajar dengan mempertahankan unsur tantangan dalam penyelesaian tugas dan juga mempertahankan untuk mendorong pelajaran keluar dari kesulitannya.
h.      Membimbing proses belajar pelajar dengan mengajukan pertanyaan yang tepat pada saat yang tepat, yang lebih mendalam tentang berbagai konsep,ide, penjelasan, sudut pandang dan lain- lain.
i.        Mengevaluasi kegiatan belajar pelajar, termasuk partisipasinya dalam proses kelompok, pengajar perlu memastikan bahwa setiap pelajar terlibat dalam proses kelompok dan berbagai pemikiran dan pandangan.
j.         Mengevaluasi penerapan pembelajaran berbasis proyek yang telah dilakukan

PERANAN SISWA
a.       Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir
b.      Melakukan riset sederhana
c.       Mempelajari ide dan konsep baru
d.      Belajar mengatur waktu dengan baik
e.       Melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok
f.       Mengaplikasikanhasil belajar lewat tindakan
g.      elakukan interaksi sosial (wawancara,survey,observasi,dll)
h.      Kegiatan lebih banyak pada kerja kelompok

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

KELEBIHAN
           Moursund, Bielefeldt, & Underwood (1997) meneliti sejumlah artikel tentang proyek di kelas yang dapat dipertimbangkan sebagai bahan testimonial terhadap guru, terutama bagaimana guru menggunakan proyek dan persepsi mereka tentang bagaimana keberhasilannya. Kelebihan dari Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebagai berikut:
1.    Meningkatkan motivasi. Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa siswa suka tekun sampai kelewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga melaporkan pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen kurikulum yang lain.
2.    Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
3.    Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi ( Johnson & Johnson, 1989). Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978; Davidov, 1995).
4.    Meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Bagian dari menjadi siswa yang independen adalah bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks. Pembelajaran Berbais Proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
KELEMAHAN
 Adapun kelemahan dari pembelajaran berbasiskan proyek ini antara lain:
1.    Kebanyakan permasalahan “dunia nyata” yang tidak terpisahkan dengan masalah kedisiplinan, untuk itu disarankan mengajarkan dengan cara melatih dan memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah.
2.    Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan masalah.
3.    Membutuhkan biaya yang cukup banyak
4.    Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana instruktur memegang peran utama di kelas.
5.    Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

Cara Mengatasi Kelemahan
Untuk mengatasi kelemahan dari Pembelajaran Berbasis Proyek tersebut di atas,  seorang pendidik harus dapat mengatasi dengan cara:
1.    Memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah,
2.    membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek,
3.    meminimalisir dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat lingkungan sekitar,
4.    memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya,
5.    menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran.

Selasa, 08 November 2011

Pengertian Kebijakan Publik

1.     I. Definisi Masalah Publik

Menurut Stoner( Soegiyono, 1982) yang dimaksud dengan masalah adalah penyimpangan antara yang seharusnya  dengan apa yang benar-benar terjadi .

Menurut Soerjono Soekanto,  masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.( http://organisasi.org/definisi-pengertian-masalah-sosial-dan-jenis-macam-masalah-sosial-dalam-masyarakat, diakses 15/10/2011 )

Theodore Lowi (Winarno,2002) masalah publik dapat dibedakan ke dalam masalah porsedural dan masalah substantif. Masalah prosedural berhubungan dengan bagaimana pemerintah diorganisasikan dan bagaimana pemerintah melakukan tugas-tugasnya, sedangkan masalah substantif berkaitan dengan akibat-akibat nyata dari kegiatan manusia, seperti menyangkut kebebasan berbicara, maupun polusi lingkungan.

Berdasarkan definisi – definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa, masalah publik adalah  ketidaksesuaian antara yang seharusnya dengan  yang terjadi di dalam masyarakat .Masalah itu  harus diselesaikan i oleh pemerintah agar tidak menimbulkan gangguan dalam kehidupan bermasyarakat.

1.     II. Definisi Kebijakan Publik

Harold Laswell,  (Naihasy, 2006), kebijakan publik adalah sebagai suatu program yang diproyeksikan pada tujuan , nilai, praktik tertentu.

Thomas R Dye ( Naihasy,2006) , kebijakan   publik adalah segala sesuatu yang dilakukan pemerintah,  mereka yang melakukan , dan hasilnya  membuat kehidupan berbeda.

James Anderson ( 1979) kebijakan adalah arah tindakan yang mempunyai maksud, yang ditetapkan oleh seorang  atau beberapa aktor guna mengatasi suatu masalah.

Samodra Wibawa( 2010)  kebijakan publik adalah setiap keputusan yang dibuat oleh suatu “ sistem politik “ negara, provinsi, kabupaten, dan desa, atau RW dan RT .

Berdasarkan definisi-definisi  tersebut di atas , maka kebijakan publik adalah serangkaian keputusan yang ditetapkan dalam sistem politik oleh lembaga – lembaga dan atau, pejabat-pejabat pemerintah  untuk mengatasi masalah .

.  III. Definisi Analisis Kebijakan publik.
            Menurut Dunn, analisis kebijakan public adalah aktivitas intelektual dan praktis yang ditujukan untuk menciptakan, secara kristis  menilai, mengomunikasikan, pengetahuan tentang  dan dalam proses kebijakan.

Menurut CarlV.Patton & David S. Savicky ( 1993) “ Policy analyst are often required togive advice to policy maker in incredibly short periods of time, in contrast to university researcher and think tank consultant who are hired specifically to conduct intensive research on public policy issues ( Analis Kebijakan sering diperlukan untuk memberikan saran kepada pembuat keputusan dalam periode yang sangat singkat, tidak seperti lembaga-lembaga penelitian  dan konsultan yang dipekerjakan khusus Universitas untuk melakukan penelitian intensif pada isu-isu kebijakan publik)

            David L. Weimer & Aidan  R Vining( 1999)  berpendapat, analisis kebijakan mengandung nilai pragmatis, mengacu kepada keputusan publik  dan tujuannya  melebihi  kepentingan atau nilai-nilai klien melainkan kepentingan-kepentingan atau nilai-nilai sosial.

( Badjuri dkk, 2002) berpendapat , analisis kebijakan adalah sebuah seni didalam memahami sebuah rencana kebijakan publik  yang akan diterapkan oleh sebuah otoritas publik  

Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas, analisis kebijakan publik  adalah  suatu proses  intelektual  dan praktis untuk memahami masalah-masalah publik yang bertujuan untuk mengkritisi  dan mengkomunikasikan keputusan publik yang berorientasi kepada kepentingan publik  dan menjunjung tinggi  nilai-nilai sosial

Selasa, 01 November 2011

PTK Bab III


BAB III
METODE PENELITIAN

A.     Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh Guru sebagai peneliti.
Penelitian Tindakan Kelas merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dimulai dari : a) perencanaan (planning), b) pelaksanaan (action), c) pengumpulan data (observing), d) penganalisisan data/informasi untuk memutuskan sejauh mana kelebihan atau kelemahan tindakan tersebut (reflecting).

B.     Tempat dan Waktu Penelitian
  1. Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitian adalah SD Kristen 04 Eben Haezer Salatiga. Alasan peneliti memilih sekolah ini karena peneliti adalah guru di sekolah tersebut.

2.      Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan September  sampai dengan Desember 2011.
                               I.            Tahap persiapan dilaksanakan pada minggu ke-dua Oktober 2011 sampai minggu ke-tiga bulan Oktober 2011.

    1. Tahap pelaksanaan dilaksanakan pada minggu ke-empat  bulan Oktober 2011 sampai minggu ke-tiga  bulan November 2011.

    1.  Tahap laporan dilaksanakan pada minggu ke-empat bulan November 2011sampai minggu ke-empat bulan Desember 2011

C. Prosedur Kerja dalam Penelitian Tindakan yang Ditempuh
Prosedur penelitian yang akan dilakukan mencakup tahap-tahap yang terdiri atas tahap pra siklus, siklus 1 dan siklus 2.
1.         Pra Siklus
a.      Pelaksanaan Tindakan
a.             Pada tahap pelaksanaan tindakan ini guru memberi tes operasi hitung bilangan bulat perkalian dan pembagian sebanyak 10 soal dalam satu jam pelajaran. Soal yang dibuat mengacu pada materi yang sudah diajarkan sebelumnya.
b.            Pelaksanaan tes diagnotis dilakukan secara mandiri oleh masing-masing siswa.
c.             Guru mengamati jalannya pelaksanaan tes diagnotis.
b.      Pengamatan
a.             Guru sebagai pengamat mengamati cara kerja siswa dalam menyelesaikan soal tes formatif
b.            Peneliti dalam tahap ini menanyakan langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan sehingga diketahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa. Kesulitan-kesulitan tersebut dicatat untuk melakukan tindakan pada siklus I.


c.       Refleksi
Pada tes diagnotis yang dilakukan diadakan refleksi yang diperoleh baik pada saat pelaksanaan penyelesaian soal cerita maupun dalam temuan-temuan yang ada. Temuan tentang kekurangan maupun kelebihan dijadikan perbaikan pada siklus I.
2.         Siklus I
a.       Perencanaan
b.      Pelaksanaan Tindakan
-          Guru menyiapkan bahan ajar dengan pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat .
-          Guru menyiapkan software media pembelajaran operasi hitung bilangan bulat  dan hardware berupa laptop, LCD proyektor
-          Siswa melaksanakan proses pembelajaran yang disajikan guru dengan media pembelajaran multi media.
-          Guru bersama teman kolaboran mengamati jalannya pembelajaran
-          Guru membahas materi yang disajikan.
-          Pada akhir pembelajaran siswa menyelesaikan tes formatif secara mandiri.
-          Siswa diberi pekerjaan rumah.
c.       Pengamatan
-          Guru dan Pengamat mengamati jalannya pembelajaran dan mencatat semua temuan yang ada pada waktu peneliti melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar.
-          Guru dan Pengamat menilai tes formatif siswa.

d.                    Refleksi
Pada akhir siklus diadakan refleksi terhadap proses pembelajaran oleh guru baik kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada siklus I, dan terhadap hasil belajar yang dicapai dalam tes formatif I.
3.         Siklus II
Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus I selanjutnya peneliti merencanakan tindakan pada siklus II.
a.        Perencanaan
b.        Pelaksanaan Tindakan
-       Guru menyiapkan bahan ajar dengan pokok bahasan operasi bilangan bulat
-       Guru menyiapkan software media pembelajaran operasi hitung bilangan bulat  dan hardware berupa laptop, LCD proyektor
-       Siswa melaksanakan proses pembelajaran yang disajikan guru dengan media pembelajaran multi media.
-       Guru bersama teman kolaboran mengamati jalannya pembelajaran
-       Guru membahas materi yang disajikan.
-       Pada akhir pembelajaran siswa menyelesaikan tes formatif secara mandiri.
-       Siswa diberi pekerjaan rumah.
c.         Pengamatan
-       Guru dan Pengamat mengamati jalannya pembelajaran dan mencatat semua temuan yang ada pada waktu peneliti melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar.
-       Gurudan Pengamat ikut menilai tes formatif II
d.                    Refleksi
Data-data yang sudah tercatat dalam lembar pengamatan baik siswa maupun guru serta penilaian dalam menyelesaikan tes formatif dianalisis untuk mendapat simpulan. Hasil dari analisis dicatat apakah pada tiap tahapan sudah menunjukkan peningkatan atau belum. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar agar lebih baik dan meminimalkan kekurangan-kekurangan yang masih  ada. Dengan demikian maka pelaksanaan selanjutnya dapat lebih optimal. Setelah akhir siklus II penulis akan membuat kesimpulan tentang PTK yang telah dilaksanakan.
D.Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data dan Jenis Data
a.    Sumber Data:            Sumber data penelitian adalah siswa kelas IV SD Kristen 04 Eben Haezer Salatiga
b.      Jenis Data   :   Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif terdiri hasil  tes dan data hasil observasi pelaksanaan proses pembelajaran.
2. Cara Pengumpulan Data
a.       Data hasil belajar diperoleh dari hasil  tes pada siswa .
b.       Data tentang proses belajar mengajar pada saat dilaksanakan tindakan kelas diambil dengan lembar observasi.
c.       Data tentang refleksi serta perubahan yang terjadi di kelas diambil dari catatan guru dan  pengamat dan hasil tes formatif.
E.  Indikator Keberhasilan
       Pembelajaran operasi hitung bilangan bulat dengan menggunakan media pembalajaran multi media dikatakan berhasil jika 70 % dari jumlah siswa dapat mengerjakan soal operasi hitung bilangan bulat  atau  minimal 70 % mendapat nilai lebih dari 65.( KKM )

PTK Bab II


BAB II
LANDASAN TEORI

A.  Kajian Pustaka

1.      Pengertian  Media Pembelajaran
Media adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar  untuk menerima pegetahuan,  , ketrampilan, dan sikap . Media adalah segala sesuatu  yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan  pesan dari pengirim ke penerima  sehingga  dapat merangsang pikiran , perasaan, perhatian, dan minat  serta perhatian siswa  sedemikian rupa seingga  sehingga proses belajar terjadi ( Sadiman,Arif ,2009)

2.      Kegunaan Media Pendidikan/Pembelajaran
Menurut Sadiman, Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan – kegunaan sebagai berikut :
1.      Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalisme
2.      Mengatasi keterbatasan  ruang waktu, dan daya indera  seperti :
a.       obyek yang terlalu besar atau terlalu kecil.
b.      Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat.
c.       Kejadian di masa lalu
d.      Obyek yang terlalu kompleks ( misal : mesin-mesin)
e.       Konsep yang terlalu luas ( misal : iklim, gunung berapi )
Menurut Daryanto ( 2010)  Kegunaan Media antara lain :
1.    Menimbulkan gairah belajar, interaksi siswa dengan suber beljar.
2.    Memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya.
3.    Memberi rangsangan yang sama  dan menimbulkan persepsi yang sama.
Menurut Ariif (2008), Media Pembelajaran sangat berpengaruh pada kemampuan dan keberhasilan siswa dalam menerima materi pelajaran khususnya bagi siswa yang kurang menyukai bahan pelajaran yang disampaikan guru.
Penggunaan media komputer  dalam pembelajaran mempunyai dampak :
Pembelajaran dengan menggunakan media komputer dapat memudahkan guru dalam penyampaian pelajaran. Media audio visual yang banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, biasa dikemas dalam bentuk VCD dan. DVD .

4.      Kelebihan Media komputer ( multi media )
            Media ini memiliki semua kelebihan yang dimiliki oleh media lain. Selain mampu menampilkan teks, gerak, suara dan gambar, komputer juga dapat digunakan secara interaktif, bukan hanya searah. Bahkan komputer yang disambung dengan internet dapat memberikan keleluasaan belajar menembus ruang dan waktu serta menyediakan sumber belajar yang hampir tanpa batas. (Edu-articles.com/Berbagai-Jenis-Media-Pembelajaran diakses tanggal 27/09/2011)

5.      Pengertian Belajar
Slameto( 1995) Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk  memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan , sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkuangannya.
 Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu  itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)
R. Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) hal 22. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.  (Wikipedia.)

Dari pengertian belajar tersebut di tas dapat disimpulkan bahwa  belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk mengalami perubahan tingkah laku dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya dalam rangka memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap.


6.      Pengertian  Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar yaitu tes yang menilai sampai dimana hasil belajar yang dicapai siswa, setelah mereka menjalani perbuatan belajar dalam waktu tertentu . Jadi tes ini dilakukan setelah siswa mengalami proses belajar, dan bahan yang dijadikan soal tes tidak keluar dari bahan yang telah dipelajari oleh siswa. ( Slameto , 1988 )



7.      Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran adalah proses komunikasi, Proses belajar mengajar  hakekatnya proses komunikasi , penyampaan pesan dari pengantar ke penerima. Pesan berupa ajaran yang dituangkan ke dalam symbol  komunikasi baik verbal maupun non verbal , proses ini dinamakan encoding . Penafsiran symbol-simbol komunikasi oleh siswa dinamakan decoding (  Daryanto ( 2010 ) )


8.      Pengertian Matematika
Menurut Dikmenum,(2005) matematika  berasal dari bahasa latin  mathema yang berarti belajar , dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuannya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif . yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebgai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep  bersifat konsisten.

9.      Operasi Hitung:
Operasi hitung yang telah kita kenal adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Operasi hitung tersebut dapat kita lakukan pada himpunan bilangan Asli dan himpunan bilangan Cacah. Bagaimana kita melakukan operasi hitung dengan menggunakan bilangan negatif ? Bilangan negatif muncul karena sutau kebutuhan umat manusia di dalam kehidupannya, yang kemudian dikenal sebagai himpunan bilangan Bulat.(/E-ducation-center.blogspot.com/2009/05/operasi-hitung-pada-bilangan-bulat.html/diakses  tanggal 30 /09/2011 )

C.  Kerangka Berpikir
Keberhasilan proses belajar mengajar khususnya pada pembelajaran matematika dapat dilihat hasil/ prestasi  belajar yang meningkat. Berkembangnya media pembelajaran multimedia  mendorong para guru  untuk melakukan pembaruan  dalam pembelajaran. Media Pembelajaran multimedia  dapat dimanfaatkan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Media pembelajaran multi media, diharapkan dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas sehingga proses pembelajaran matematika menjadi lebih menarik dan   proses pembelajaran  akan lebih efektif dan lebih bermakna bagi siswa.  
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah yang menyebabkan rendahnya hasil belajar  siswa dalam operasi hitung  bilangan bulat .

Tindakan kelas yang dilaksanakan berupa pengajaran secara sistematik dengan tindakan kelas melalui  penggunaan media pembelajaran multi media oleh guru dalam proses pembelajaran matematika sesuai  perencanaan tindakan kelas yang telah disusun. Tindakan kelas dilakukan secara siklis yaitu setelah tindakan pertama selesai , dilanjutkan dengan siklus I, dan  siklus II .




D   Hipotesis
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran tersebut di atas,  maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : ” Penggunaan  media pembelajaran multi media  dapat meningkatkan hasil belajar operasi hitung bilangan bulat pada mata pelajaran matematika.