EPISTEMOLOGI
FILSAFAT PENGETAHUAN
KARANGAN : DR. P. HARDONO HADI
Bab I PERSOALAN-PERSOALAN POKOK DALAM EPISTEMOLOGI
1.1.Soal Pengetahuan Kekaguman Sebagai Awal Munculnya Epistemologi
Menurut Plato filsafat dimulai dengan rasa kagum terhadap sesuatu yang sederhana, yang tampaknya jelas dalam pengalaman harian.
Unsur kekaguman di hadapan misteri eksistensi merupakan bagian dari pertanyaan filosofis dan tidak ada pengetahuan filosofis tercapai kecuali sebagai bagian integral dari rasa kagum.
Menurut Plato rasa kagum mempunyai aspek ganda, yang pertama menempatkan pada pengalaman dan dihadapannya sebagai sesuatu yang sama sekali asing.
Descartes merintis tahap dimana kekaguman filosofis sendirilah yang dijadikan objek penyelidikannya.
1.2.Soal Common sense
Pada tahap awal dari proses historis dan analitis merupakan keadaan dimana anggapan umum ( common sense) menemukan dirinya.
Suatu pikiran yang telah mencapai tingkat refleksi tidak dapat dipuaskan dengan kembali kepada anggapan-anggapan umum .Kepastian yang dicari epistemologi dimungkinkan oleh suatu keraguan , Bila epistemology memperoleh kepastian reflekktif yang lebih pantas dianggap sebagai pengetahuan.
1.3.Skeptisisme
Menurut penganut skeptisisme absolute, pikiran manusia tidak dapat mencapai kebenaran objektif .
Relativisme Protagoras merupakan pendapat skeptik yang paling ekstrem, Doktrin “ homo mensura “ ( manusia adalah ukuran bagi segalanya) merupakan usaha untuk membatasi semua pernyataan kepada orang yang membuatnya..Apa yang benar bagi seseorang belum tentu benar bagi yang lain.
1.4.Aspek Eksistensialisme
Pengetahuan manusia merupakan fungsi dari cara beradanya dan cara beradanya pada hakikatnya bersifat temporal. Ekasistensi manusia selalu belum terpenuhi : ia makhluk yang tidak selesai, yang ada dalam proses pembentukkan diri .
1.5.Analogi Pengetahuan
Banyak pihak memutuskan bahwa hanya jenis pengetahuan tertentu pantas disebut pengetahuan khususnya jenis pengetahuan yang dimiliki oleh saintis( Bertrand Russell) Pendapat tersebut bertentangan dengan epistemology. Yang dituntut oleh filsafat pengetahuan adalah keterbukaan awal terhadap macam-macam arti dari pengetahuan
Pengetahuan adalah pernyatan diri dari ada( a letheia) Pengetahuan adalah peristiwa yang menyebabkan kesadaran manusia memasuki terang ada.
1.6.Metode di Dalam Epistemologi
Pertimbangan mempunyai peranan yang sangat menentukan didalam pemahaman manusia
Pengetahuan erat hubungannya dengan ekspresi secara normal mendapat pertimbangan/pernyataan.
Nilai kebenaran perimbangan harus diputuskan berdasarkan evidensi . Dengan mengarahkan perhatian kepada evidensi.
Bab II KERAGUAN KRITIS : DESCARTES
2.1. Paradoks Keliru
Descartes menggunakan keraguan untuk mengatasi keraguan . Salah satu cara yang pasti dan tidak dapat diragukan melihat seberapa jauh sesuatu itu diragukan.
“ Sejauh mana saya berhasil didalam meragukannya ? Ketegasan Descartes untuk mengejar pertanyaan ini merupakan sumbangan utamanya bagi filsafat. Sebab ia berani lebih jauh meragukan daripada kebanyakan orang . Marilah kita ikuti tahap keraguan ini.
2.2 Kepastian Pertama” Cogito Ergo Sum “
Yang dicari filsafat adalah kepastian, kepastian hanya mungkin bila didasarkan pada evidensi yang mau tidak mau harus diakui.
Isi dari cogito yaitu apa yang dinyatakan kepadanya adalah melulu drinya berpikir. Saya berpikir , maka saya adalah pengada yang berpikir.
2.3 Subjektivisme
Subyek yang dinyatakan Descartes didalam co gito adalah subyek yang benar-benar privat, terisolasi.ia merasa pasti mengenai ekssistensi dirinya sendiri saja sebagai pengada berpikir.
2.4 Jalan Keluar Yang Ditempuh Descartes.
Descartes berpendapat bahwa dengan suau refleksi yang teliti mengenai kebenaran pertama(cogito) ia akan mampu untuk menemukan di dalamnya jaminan bagi kebenaran, yan g dapat dipergunakan sebagai patokan bagi kepastian selanjutnya.
Alllah sebagai Pengada Yang Sempurna. Kesempurnaan merupakan pengertian pertama dan pemahaman pengada-pengada dari pengalaman tidak sempurna hanya mungkin bila saya empunyai pengertian yang positif mengenai Yang Sempurna.
2.5 Kritik Bagi Descartes: Mimpi Dan Kenyataan
Descartes hanya membedakan antara benda sebagai yang diterima dengan jelas dan disting oleh pikiran dari benda sebagai yang diterima dengan kabur dan kacau oleh indera . Perbandingan dengan mimpi, dapat digunakan untuk menekankan sifat sangat privat dari kesadaran inderawi. Berdasarkan ini Descartes tidak hanya menyatakan bahwa objektivitas dari hal yang ditangkap indera itu kabur.tetapi hal itu tidak diketahui sama sekali.
Bagi Descartes hal yang ditangkap dengan indera sama seperti mimpi yang terpotong dari kenyataan lepas.Kesadaran mengenai kenyataan dari sesuatu hanyalah merupakan kerja pikiran. Pandangan ini tentu saja melibatkan kesulitan-kesultan yang besar.
Bab III TITIK TOLAK EPISTEMOLOGI
3.1 “ Di Dalam “Dan “ Di Luar “
Gambaran yang diberikan adalah kesadaran sebagai suatu wadah yang “di dalamnya” terdapat kenyataan. Apa yang saya sadari terdapat “ di dalam “ kesadaranku,apa yang tidak saya sadari berada “ di luar” kesadaranku.Persoalan bagi Descartes adalah bagaimana mencapai” yang lain” dan bagaimana menetapkan status “yang lain “
Suatu hubungan antara wadah dan yang diwadahi adalah hubngan antara dua objek berkeluasan. Maka obyek yang diketahui berada “di dalam “ subjek tetapi pada peng ertian interioritas yaitu identifikasi .
Objek berada didalam subjek sedemikian rupa sehingga tidak mungkin untuk dibedakan batas-batas yang dketahui dengan yang mengetahui.
3.2 Bipolaritas Kesadaran.
Menurut Descartes kesadaran terutama adalah kesadaran di . Sedangkan Thomisme sebaliknya yaitu didalam kesadarannya tentang objek, saya dengan sendirinya sadar akan ego saya .
Semua kesadaran adalah “kesadaran akan “.Sadar adalah kesadaran akan sesuatu dan apa yang saya sadari mempunyai status yang tidak dapat direduksikan kepada kesadaran, sehingga objek tersebut mempunyai kenyataan yang sama tak teragukan sebagaimana kesadaran saya.
3.3 Berada Di Dunia.
Gabriel Marcel memandang bahwa cogito sebagai suatu abstraksi . sebuah subjek yang dipahami sebagai batas dari pengosongan isi dari diri yang dialami tetapi bukan ekssistensinya. Adanya manusia adalah suatu ada didalam suatu situasi.
Jose Ortega y Gasset Eksistensi adalah pertama-tama dan teruama ko eksistensi. Dunia dan pikiranku saling berhubungan secara aktif.Akibatnya saya tidak dapat mengerti kenyataan “dalam dirinya sendiri.
3.4 Lingkaran Epistemologi
Kalau jawaban terhadap masalah ini ada, maka harus ada didalam pengalaman saya. Maka kalau saya mengambil bagian khusus dari pengalaman saya untuk mendemonstrasikan bahwa di dalam hal ini sekurang-kurangnya pengetahuan saya . saya benar-benar tahu apa yang saya pikir, saya tahu saya tidak mengembalikan pertanyaan- seandainya demikian hal ini tidak dapat dihindari . Jelaslah bahwa saya tidak dapat keluar dari pengetahuan saya.
3.5 Pertanyaan Sebagai Awal Yang Tak Tereduksi
Apa yang diberikan didalam pertanyaan adalah kenyataan bahwa kita bertanya . Pertanyaan dating kepada dirinya, sendiri, menyatakan diri, di dalam bahasa. Selanjutnya kitalah yang berbicara dan kita yang bertanya. Sebagai penanya saya merupakan bagian dari masyarakat pengada bertanya.
Bab IV. KUALITAS PRIMER DAN KUALITAS SEKUNDER
4.1 Realisme Naif
Realisme naïf adalah penerimaan yang hanya dialami begitu saja terhadap objek tivitas keseluruhan tanpa penegasan filosofis mengenai nilai dari penerimaan yang dialami.
Locke mengatkan bahwa apa yang kita ketahui adalah “ ide “.
i
4.2 George Barkekeley
Apapun yang kita ketahui , kita ketahui berkat pengalaman . setiap pernyataan yang kita buat hanya mempunyai arti bagi kita kalau pernyataan tersebut diterapkan pada pengalaman aktual kita.
4.3 Pandangan Kontemporer
Sientisme memperparah masalah epistemology mengenai persepsi. Refelksi atas penemuan fisika,kesimpulan-kesimpulan biologi tentang kesadaran optis, fisiologis tentang persepsi warna . sangat menekan untuk memilih pandangan sain atau anggapan umum.
Bab V. OBJEKTIVITAS
5.1 Pemecahan Skolastik
Beberapa filsuf skolastik menganggap perlu untuk memperbaiki keyakinan harian kita , hal yang perlu dicatat :
1. Terdapat pengamatan dasar bahwa masalahnya tidak dapat diperdebatkan dengan meletakkan “kesalahan” pada indera, karena indera tidak pernah salah.
2. Untuk mempercayai kebenaran kesaksian pengalaman inderawi beberapa syarat harus dipenuhi.
3. Kita perlu mengingat perbedaan antara objek khusus dan objek umum.
5.2 Realisme Virtual
Menurut pandangan realisme virtual, dunia diluar kesadaran hanyalah keadaan yang secara kualitatif bersifat tandus. Pandangan ini mmpertahankan bahwa meskipun kualitas-kualitas ini secara formal tidak hadir di luar persepsi, tetapi secara virtual hadir.
5.3 Evaluasi Mengenai Realisme Virtual
Para realis virtual harus menegaskan apakah mempertahankan pendapatnya dengan konsisten atau memperlakukan pendapatnya bukan suatu kesimpulan tetapi sebagai premis yang tak tereduksi.
Jika realisme virtual konsekuen dengan penalarannya sangat mungkin dengan akan berakhir dalam posisi yang dipertahankan Immanuel Kant , adanya pembedaan “noumena” ( kenyataan di dalam dirinya ) dan “fenomena” ( kenyataan yang ditangkap kesadaran ).
5.4 Ringkasan
Kita memusatkan pehatian kita kepada istilah “objek” yang menjadi pokok masalah.
Beberapa hal cukup jelas :
a. Bagi kesadaran yang memutuskan , setiap datum adalah objektif dan lepas.
b. Untuk kesadaran konseptual , setiap kualitas berada dimana hal itu dialami sebagai ada.
Beberapa hal yang dapat diselamatkan sebagai harta epistemology sebagai berikut :
1. Kesadaran perceptual tidak pernah bersifat subjektif murni.
2. Keadaran perceptual tidak pernah berdiri sendiri, tetapi selalu disatukan ke dalam hubunga menyeluruh dengan yang lain yang memasukkan unsur-unsur yang melampai persepsi.
3. Data perseptual selalu berada persis dimana merek dialami sebagai berada.
4. Kesadaran persepual menempatkan kita didalam kontak kemajemukan dari yang lain.
5.5 Persoalan Mengenai Objektivitas
1. Masalah objektifitas biasanya dibicarakan dengan mengabaikan kesadaran yang menyatakan objektivitas ini.
2. Refleksi juga terus mencari makna dari “objek” yang merupakan pokok didalam diskusi ini, sesuatu yang tidak pernh jelas.
Bab VI PRINSIP-PRINSIP PERTAMA
6.1 Pernyataan Primitif
Pernyataan pertama adalah bahwa “ ada seuatu “ atau “sesuatu berada”.tidak ada pernyataan yang dapat lepas dari pernyataa itu, Dan formula terseut sekaligus memuat dari inteligibilitas pertanyaan ke dalam “ apa” dan “ bahwa”.
6.2 Prinsip-Prinsip Pertama
- Prinsip Identitas : Apa yang ada, apa yang tidak ada, tidak ada.
- Prinsip alasan Memadai: Apapun yang ada mempunyai alasan yang memadai untuk adanya
- Prinsip Penyebaban Efisien: Apapun yang mulai ada, menuntut adanya suatu sebab efisien.
6.3 Keunggulan Prinsip Pertama
a. Mereka disebut “prinsip” sebab menurut konsep filosofis prinsip adalah “sesuatu yang darinya sesuatu yang mengalir atau berasal “
b. Untuk itu hanyalah masalah penamaan apakah prinsip pertama atau prinsip “terakhir’.
c. Prinsip-prinsip iu seringkali disebut jelas dari dirinya sendiri, dlam arti bahwa mereka tidak dapat dan tidak perlu dibenarkan oleh evidensi lain
6.4 Kausalitas Dan Determinisme
Hukum penyebaban sebagaimana dimengerti didalam kebijaksanaan anggapan umum dan sains.” Setiap peristiwa niscaya dihubungkan dengan suatu peristiwa sebelumnya, kalau hal itu harus terjadi”.atau setiap kejadian , kalau ha itu harus terjadi merupakan konsekuensi dari kejadian sebelumnya yang tanpanya kejadian tersebut tidk dapat terjadi.
6.5 Sanggahan Hume dan Kant
David Hume melawan kausalitas, menurutnya kita mendapat pengertian mengenai keniscayaan dari kebiasaan yang kita kembangkan didalam mengharapkan suatu peristiwa
Kant, berpendapat bahwa konsep sebab harus bisa diterapkan kepada kenyataan objektif, sebab hanya berkat kemampuan konsep-konsep seperti sebab itu dapat diterapkan bahwa dapat membedakan antara kenyataan objektif dan kenyataan subjektif.
6.6 Evaluasi Mengenai Hume dan Kant
Prinsip filosofis mengenai kusalitas hanyalah bahwa syarat tersebut diterapkan pada peristiwa-peritiwa temporal.Hume menyangkal hak budi untuk menentukan tuntutan atas kenyataan da mereduksikan semua pengalaman kepada persepsi inderawi yang bersifat pasif.
6.7 Evidensi Kepastian dan Keraguan
Kepastian dapat didefinisikan sebagai “ persetujuan yang dijamin “ – suatu persetujuan akal yang dijamin oleh evidensi memadai.
Bab VII PENGETAHUAN KONSEPTUAL
7.1 Yang Universal
Bebicara mengenai konsep atau “ide-ide universal “ mempunyai dasar yang berlainan.
Arti konsep yang disebut universal. Arti ini adalah satu di dalam banyak, arti tunggal yang dapat digandakan.
7.2 Nominalisme
Kaum nominalis, menyatakan bahwa ide hanyalah “ flatus vocis” dan tidak ada yang lebih didalam kesadaran daripada kata-kata dan pengalaman khusus yang diikat bersama-sama secara verbal tidak dapat dipertahankan.
7.3 Konseptualisme
Menurut konseptualisme ide adalah suatu datum universal Satu-satunya cara datum universal dapat ada hanyalah bagi pikiran . Di luar pikiran semua kenyataan bersifat individual.
7.4 Arti dan Contoh
Seagai sesuatu yang ditangkap oleh pikiran , eseni itu bersifat universal , sebagai sesuatu yang ada di benda-benda esnsi itu bersifat individual. Kalau dipikirkan secara absolute, di dalam dirinya sendiri yaitu dipikirkan sebagai terlepas dari status real atu mental atau isi pikiran itu tidk individual dan tidak universal.
7.5 Pertimbangan
Pertimbangan memberikan tambahan kognitif kepada ide.Kekhususan pertimbangan bukan hanya bahwa dia mencapai eksisensi, tetapi merupakan sarana bagi munculnya eksistensi didalam dirinya sendiri, entah dicapai atau tidak.
7.6 Konsep Sebagai Pemahaman Kreatif
Pengetahuan kita akan esensi terletak didalam pengendapan arti didalam pengalaman.esensi tidak dapat dimengerti dengan definisi.Pengalaman berkembang terus dan ide-ide merupakan alat kreatif yang dipergunakan pikiran untuk menyesuaikan diri dengan pengalaman tersebut.Melalui konsep-konsep pikiran menjangka arus pengalaman kemudian menceburkan diri pada pengalaman.Konsep-konsep ini merupakan cara yang dipergunakan pikiran untuk memsuki waktu kembali.Manusia berpikir berarti berkomunikasi. Berkmunikasi berarti menggunakan bahasa. Menggunakan bahasa berarti mengobjektifikasi.
Bab VIII PENGETAHUAN TENTANG ESENSI
8.1 Pengetahuan Mengenai Esensi
Esensi adalah “apanya” kenyataan yaitu “ ke begituan” nya yang kita coba tangkap didalam konsep.. Esensi mengalami perubahn seauai dengan pengunaanya. Sahihlah untuk mencoa mereduksikan kemacam ragaman arti ke jenis-jenis dasar.
8.2 Dewey: Pragmatisme dan Kebenaran
Ajaran pragmatism diringkas dalam formula bahwa kebenaran adalah apa yang membawa hasil. John Dewey mendekati pendapat filosofis dari sosialogis historis , ia menekankan kenyataan bahwa arti dari pikiran kita berada didalam interaksi dialektis dengan pengalaman dan tindakan dan dapat diperkaya terus menerus oleh pengalaman .
8.3 Dimensi Sosial dan Dimensi Historis
Epistemologi bisa mmepertimbangkan dimensi-dimensi social historis pengetahuan dalam dua cara : pertama sebagai kesulitan didalam membuktikan bahwa kita mencapai kebenaan objektif., kedua sebagai sumbangan terhadap pemahaman arti objektivitas .
Sejarah ide-ide filosofis hendaknya dipahami tidak sebagai penambahan hal-hal pengetahuan ataupun sebagai pergesekan antara hal-hal yang bersaing.
Kategori –kategori filosofis bukanlah sesuatu yang “diwariskan “ melalui satu generasi ke generasi yang lain.Kategori hanya ada sejauh ada proses pikiran.
Dimensi-dimensi historis dan sosial menjadi sangat penting sebab melalui kegiatannya sebagai makhluk social mansia dan historis member suatu manifestasi nyata bagi arti yang ditangkap secara kratif didalam konsep-konsep filsofis.
Bab IX PENGALAMAN DAN INSIGHT
9.1 Induksi
Induksi didefinisikan sebagai penalaran dari contoh-contoh particular ke kesimpulan umum..Induksi lengkap artinya penalaran dari semua contoh yang ada menuju generalisasi. Sedangkan indksi tidak lengkap berarti penalaran dari tidak semua contoh yang menuju ke suatu generalisasi.
Induksi tidak lengkap lebih penting, sebab penalaran ini melibatkan suatu proses dari beberapa ke semua.
9.2 Keberatan Hume
Menurut Hume pengalaman selalu mengenai yang particular.Oleh karena itu sangat jauh untuk membuat generalisasi tentangnya.
9.3 Pandangan Tautologi Ayer
Ayer mengatakan setiap kebenaran yang tidak dapat dikoreksi pada pokoknya hanyalah merupakan definisi. Atau tautology.
Menurutnya berbicara mengenai pengalaman berarti berbicara mengenai urutan data inderawi . Datum adalah tat urutan dan setiap pernyatan yang mempunyai arti pastilah mempunyai data hanyalah tautology.Inilah inti dari “ prinsip dapt terbuktikan “ Ayer.
9.4 Von Hildebarand dan Insight Filosofis
Semua pikiran filosofis harus mengendap di sekitar datum yang mempunyai dasar pengalamanyang lebih penuh dan harus setia kepada sumber itu.
Kita dapat mengungkap arti dalam pengalaman sebab di dalam pengalaman terdapat secara real dan dapat dimengerti sebagai yang memberi kemungkinan begi pernyataan yang selalu benar.
Bab X KEBENARAN EKSTENSIAL
10.1 Hakikat dari Evidensi
Definisi kebenaran yang secara umum dianggap standar , yaitu kesesuaian antara pikiran dan kenyataan. Konsepsi evidensi juga menyarankan hal ini.
Kenyataan memaksakan diri kita kepada saya dan saya menyerah terhadap evidensi.
BahAsa kita mengenai budi dan evidensi cenderung menegaskan penggambaran tersebut.
Namun pertanyaan tentang kebenaran juga mengandung pertanyaan mengenai asal evidensi.
10.2 Kierkegaard dan Subjektivisme
Kierkegaard menyatakan bahwa ketepatan konseptual tidak akan pernah mampu untuk memaksa persetujuan di dalam diri manusia. Manusia bukan hanya akal tetapi dia adalah akal yang bereksistensi.Eksistensinya memasukkan baji di antarapikirannya dan ide. Ia mendefinisikan kebenaran sebagai sesuatu ketidakpastian objektif yang dipertahankan didalam proses pemberian dari pembatinan yang paling mendalam Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
Pertama, peranan dari subyektivitas bukanlah keadaan faktual yang merugikan Subyektivitas bersifat essensial. Menghapuskan subyektivitas berarti menghapuskan inteligiblitas.
Kedua, Inteligibilitas ini dapat diterapkan hanya pada suatu jenis kebenaran tertentu.
Ketiga, Formula Kebenaran adalah subyektivitas masih bisa diperluas
10.3 Marcel : Masalah dan Misteri
Masalah adalah suatu objek penyelidikan yang ditangkap oleh subjek sebagai sesuatu yang di luar dirinya. Di lain pihak misteri adalah persoalan yang tidak dapat dipisahkan dari subjek sendiri..Terdapat data yang berdasarkan kodratnya tidak bisa dipisahkan dari subjek.
10.4 Transendeni dan Bukti
Bukti merupakan ciri khas didalam memecahkan problem/masalah tidakdapat digunakan di dalam bidang misterti dan tidak dapat digunakan sebagai patokan bagi segala penalaran. Tidak ada argumen bagi eksistensi Allah yang mungkin diberikan. Hanya pengertian asli dari ada akan memberikan pendekatan kepada bukti.
10.5 Kepastian Bebas
Evidensi masuk akal yang termuat di dalam pengalaman mengenai harapan atau kegembiraan benar-benar ada hanya bagi diri singular. Tetapi tidak bagi pengamat impersonal.Subjek logico sensoris . Maka evidensi itu hanya bagi kebebasan .
Bab XI PENGETAHUAN INTERSUBJEKTIF
11.1 Budi-Budi Lain
Masalah “budi lain” cukup berbeda dari masalah “ diri yang lain “ .Budi secara khusus dimengerti sebagai segi psikis batiniah dari proses badani.
11.2 Pengetahuan Langsung Akan yang Lain
Max Scheler menyatakan ekspresi merupakan datum utama , ekspresi tersebut merupakan pernyataan langsung dari diri yang lain. Kodrat simpati sebagai suatu contoh tetap dari usaha menangkap pegalaman yang lain. Apa yang disajikan oleh simpati dan rasa malu ini dapat diperluas dengan rasa kagum.
11.3 Aku dan Engkau
Individu tidaklah pertama-tama mengetahui dirinya sebagai pengada sadar rasional dan kemudian mencari apakah di balik semua yang tampak.
Gabriel Marcel dan Martin Buber, menempatkan seluruh kemampuan diri di dalam pertemuan dengan engkau.Apapun artinya “ aku” selalu unik.Hubungan aku-engkau merupakan jalan menuju kepada yang transenden.
Bab XII DARI SAIN SAMPAI PENGALAMAN ESTETIK
12.1 Filsafat Ilmu
Tiga sumber persoalan adalah sebagai berikut :
1. Terdapat Prinsip Ketidakpastian Heisenberg yang menegaskan bahwa tidak mungkin untuk menyatakan posisi dan kecepatan sebuah elektron bersama-sama.
2. Ada paradoks terkenal berkaitan dengan kodrat cahaya , yang sekarang juga mempunyai status tidak pasti dalam fisika.
3. Akhirnya kita dapat mengutip yang memulai seluruh kesulitan yaitu penemuan Max Plank mengenai kenyataan bahwa atom hanya ada di dalam bentuk energi.0
12.2 Pengalaman Moral Estetik
Pertanyaan pokok adalah apakah filsafat seni dan etika mempunyai sesuatu untuk dipertahankan? Apakah pembicaraan mereka mempunyai nilai kognisional?
Nilai-nilai moral dan estetik dinyatakan hanya kepada orang yang mengalami urgensinya.
MenurutMartin Heidegger pengalaman puitis merupakan pernyataan dari trans –fenomenal dari Dasein.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar